Berawal karena ikut dengan suami saya resign kerja. Saya fokus dengan kehamilan saya. Tapi sayangnya keguguran. Saya kembali ke Jogja dan bekerja. Saya tidak pernah betah sendirian di rumah. Apalagi LDR-an. Awalnya cuek sih, tapi lama-lama ternyata saya ingin hamil lagi. Saya memutuskan resign lagi. Saya hamil lagi dan alhamdulillah sudah lahir dengan sehat anak kami yang pertama. Panggil saja Sa'dayka.
Selayaknya yang lainnya, saya sangat menikmati menjadi ibu baru. Saya justru lupa jika sedang LDR karena terlalu bahagia merawat Sa'dayka.
Sa'dayka semakin besar. Waktu itu usianya tiga bulan. Tidurnya mulai teratur. Suami memberikan fasilitas lengkap agar saya fokus hanya merawat Sa'dayka. Tapi, saya malah sedih. Saya tinggal di rumah mertua. Sebelum mertua pergi, Sa'dayka selalu digendong. Begitu pula ketika pulang. Ketika di rumah, pekerjaan sudah dikerjakan ART. Kecuali cuci baju. Hari-hari saya berlalu begitu saja. Saya tidak mengenal hari dan tanggal. Saya kesepian.
Sampai tiba saatnya, ibu menyuruh saya pulang. Dua adik saya harus dijaga karena ternyata ibu diangkat PNS. Senang rasanya hati saya. Dengan ijin suami, saya ke rumah orang tua. Keluarga saya sederhana, tak ada ART. Semua dikerjakan sendiri. Tanpa ibu, semua timpang. Kata Ibu, kalau kuat tolong bantu ibu.
Pagi hari, rutinitas saya dimulai. Pekerjaan menumpuk. Saya sangat bahagia sekali dengan pekerjaan saya yang baru. Suami sempat khawatir apakah saya tidak capek mengurus rumah dengan enam anak ini? Saya katakan saya bahagia ketika ibu saya pulang dengan wajah lega.
Sejenak saya ingat ketika saya sekolah, ibu tak pernah mengeluh dengan pekerjannya. Ibu saya sangat bahagia menikmati perannya sebagai ibu rumah tangga. Yang ibu pikir saya sekolah dengan benar. Sekarang, saya merasakan menjadi ibu. Saya memang tidak akan pernah bisa membalas kebaikan ibu. Tapi hanya dengan inilah saya bisa membahagiakan ibu.
Ketika Sa'dayka tidur, saya bisa menulis, membaca, dan menggambar sepuasnya. Entah mengapa, di sini menarik garis bibir untuk tersenyum begitu mudahnya.
Ketika sore hari, saya menggantikan ibu untuk mengajar TPA. Awalnya, saya tidak ada murid karena kurang terkenal. Tetapi sekarang sudah banyak penggemar. Mereka baris untuk saya. Lucu, deh mereka.
Ruang kosong di depan akhirnya saya buat sanggar menggambar. Sa'dayka senanag sekali kalau saya ajak mengajar. Anak-anak juga senang jika saya mengajar sambil menggendong Sa'dayka. Terkadang, mereka sesekali ingin menggendong. Meledaklah tertawa Sa'dayka.
Ketika suami pulang, mau tidak mau saya harus ke rumah mertua. Bayangan saya mengenai kesendirian saya mulai memadati otak. Panas sekali rasanya. Suami mengerti bahwa saya tidak terlalu nyaman dengan kondisi sendiri. Saya kasihan dengan suami. Sa'dayka juga kasihan kalau saya tidak merasa bahagia.

Akhirnya saya ciptakan bahagia dari dalam diri sendiri. Saya membeli segepok majalah bekas dan saya baca. Saya mencoba menulis dan menangkap kejadian aneh di rumah mertua. Semua saya jadikan tulisan dan saya kirimkan ke berbagai media. Jika ditolak, saya endapkan di blog saja. Pengunjung yang menyambangi blog dan bernasib sama, ikut sharing. Saya juga membuat video tutorial menggambar untuk menyalurkan hasrat mengajar saya. Saya bahagia.
Sampai akhirnya, saya menemukan info NOVAVERSARY. Pas sekali dengan kondisi yang saya alami. Saya sedang bahagia di rumah mertua.
Sampai akhirnya, saya menemukan info NOVAVERSARY. Pas sekali dengan kondisi yang saya alami. Saya sedang bahagia di rumah mertua.
Apa?
Bahagia di Rumah Mertua?
Dibalik semua ini, ternyata saya juga juga menemukan bahagia di rumah mertua. Tidak! Saya tidak menemukan. Saya menciptakan sendiri bahagia di rumah mertua.
Mulai saat itu, saya fleksibel harus tinggal di rumah oramg tua atau di rumah mertua. Ketika suami bertugas di luar kota, saya di rumah orang tua. Ketika suami pulang, saya tinggal di rumah mertua. Anak saya mengenal banyak orang. Dia mudah sekali diatur dan tidak rewel dibawa-bawa. Saya lebih mengenal masyarakat di rumah orang tua dan di rumah mertua dengan lebih baik lagi. Senyum saya tak mengenal tempat di sana atau di sini.
Aha! Ternyata Tuhan mengajari saya bahwa saya beruntung punya banyak orang yang menyayangi. Tuhan mengajari saya bahwa banyak waktu yang bisa dihabiskan dengan berguna di mana pun berada. Tuhan mengajarkan saya bahwa saya tetap bisa berguna di rumah orang tua atau mertua. Saya menemukan bahagia di rumah mana saja.
Jadi, tak ada alasan tuk tak berbahagia lagi jika kita tahu bahwa Tuhan punya maksud di setiap kejadian yang kita punya.
Wuih apik
BalasHapus..saya jg pernah merasakan kesepian.masih alhamdulillah di rumah ortu atau mertua, lha kalau meranntau? Sedih pisan lah. Semangat terus Mbak Liya
Wuih apik
BalasHapus..saya jg pernah merasakan kesepian.masih alhamdulillah di rumah ortu atau mertua, lha kalau meranntau? Sedih pisan lah. Semangat terus Mbak Liya
Aduh, gak bisa bayangin kalau merantau kesepian dan punya anak. Kalau dulu merantau pernah sih aku. Belum punya anak. Trus kalau siang kerjanya main ke kota. Haha
Hapus